Sudut pandang pertama dalam kecanduan internet dan gadget.
A: "Kalau saya sih ya buat peraturan untuk anak-anak boleh pegang gadget tapi tiap weekend aja."
B: "Loh, gimana cara ibu mengontrol kegiatan anak di sekolah?"
A: "Saya selalu menyimpan nomer telpon wali kelas anak saya beserta teman-teman terdekatnya."
B: "Gak repot bu kalo diterapin seperti itu?"
A: "Gak ada yang repot kalo untuk kebaikan anak."
Percakapan tadi, saya dapatkan dari perbincangan singkat dua ibu yang (sepertinya"karena membawa map biru agak besar yang bertuliskan nama anak mereka masing-masing) baru saja pulang dari pembagian Rapot anaknya. Setiap ibu memiliki cara yang berbeda dalam pola asuh mereka supaya anak mereka menjadi anak yang bisa lebih baik dari orangtuanya.
Saat ini memang sedang marak diperbincangkan kecanduan gadget pada anak. Gadget menjadi suatu alat yang digunakan beberapa orangtua untuk membuat anaknya tidak merengek, betah tinggal dirumah, berkomunikasi saat si anak berada disekolah dan orangtuanya bekerja bahkan menambah nafsu makan.
Sangat disayangkan sekali jika penyalah gunaan gadget pada anak usia dini. Sering saya melihat anak sibuk dengan gadgetnya masing-masing sehingga terjadi dimana anak lebih tertarik dengan gadget kesayangannya ketimbang berinteraksi dengan dunia sekitar. Miris sekali sebenarnya jika dibandingkan dengan masa kanak-kanak saya 18tahun yang lalu.
Dimana saya dan teman-teman sibuk bermain diluar dengan permainan-permainan yang mampu mencerdaskan anak dan mengajak anak untuk lebih imajinatif serta kreatif. Berinteraksi dengan teman sebaya menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya disaat setelah selesai berkecimpung di sekolah yang penuh nista "pikir saya dulu."
Pernah saya temui ketika saya berada di sebuah GOR Bulutangkis didaerah Condet ,Jakarta Timur agak ke Depok. Jadi ketika itu saya bertemu dengan seorang anak pe
rempuan bernama Nadine(disamarkan). Nadine mengaku telah duduk di bangku 3SD. Anak yang memiliki rambut unik ini bercerita sedikit tentang apa yang sedang dilakukannya di Gor Bulutangkis ini.
"Aku disini lagi main ka dirumah nenek terus nanti sore mau latihan bulutangkis bareng temen-temenku yang nanti kesini.."
"Kamu disini ko sendirian aja?" tanya saya sambil melihat sekitar karena Nadine yang saya lihat dari tadi hanya seorang diri.
"Ada mamah lagi beli ketoprak buat papah, papah kayanya didalem deh,terus ada ade juga lagi main tablet" jawab Nadine dengan muka polosnya.
"Ko kamu gak ikut main tablet sama ade?"
"Aku gak suka main yang gak bergerak ka,aku sukaan main sepeda atau lari sendirian aja. Soalnya mamah juga suka main diluar sama aku"
"KEREN" jawabku dalam hati.
Jadi kesimpulan dari percakapan tadi bahwa pola asuh orangtua dalam mendidik anak sangat berpengaruh. Dimana ibu dari Nadine meluangkan waktunya untuk bermain bersama yang membuat Nadine lebih memilih bermain secara berpola dan bergerak daripada hanya menatap layar semu atau gadget.
Kepribadian orangtua dalam mengasuh juga berpengaruh penting dalam perkembangan diri anak. Dimana orangtua yang meluangkan waktu lebih banyak kepada anak berpegaruh dalam minat sosial anak. Namun, ketika anak dibiasakan sejak dini memegang gadget sendiri dan membiarkan anak tersebut terlena akan ke antisosialannya yang dikarenakan kecanduan gadget berpengaruh dalam jangka panjangnya.
Sudut pandang kedua mengenai kecanduan internet dan gadet
Internet memang sulit untuk dilepaskan dijaman serba instan dan modern ini. Dimana kita dapat mengakses berbagai macam informasi dari hal yang sangat kecil pun bisa kita temui. Agak sulit memang karena masyarakat menjadikan internet dan gadget menjadi kebutuhan primer mereka. Di rumah, kantor, kendaraan umum, bahkan saatnya tidur pun masih saja membawa gadget digenggamannya.
Entah bagaimana awal mula perang pemikiran tentang internet dan gadget dimulai. Dimana orang mulai terlena akan kecanggihan google yang mengetahui segala hal. Namun, memang sudah menjadi hal yang lumrah akses internet saat ini. Memang, sangat memudahkan perkerjaan apa saja, bahkan dalam mendidik anak kita bisa searching mengenai parenting terupdate di dunia. Benar-benar menjadi penyelamat kehidupan bagi masyarakat. Namun, masyarakat akan lebih mengandalkan hal-hal yang instan saja. Seperti malas membaca buku,"toh di google banyak" Gitu singkat katanya.
Sebenarnya bagaimana orang itu mengatur kegunaannya dalam berselancar didunia maya. Belok sekali dua kali tiga kali maka kamu akan tersesat selamanya.
Tak sedikit juga internet menjadi hiburan bagi sebagian kalangan. Misalkan waktu saya duduk di bangku SMA.Banyak sekali anak laki-laki yang menghabiskan waktu mereka di warnet, bisa berjam-jam hingga seharian penuh. Mereka bilang "Gue jenuh di rumah, ngeDoTA bikin otak encer" begitu pengakuan salah satu teman saya.
Bahkan ada yang beranggapan bahwa internet terutama game online menjadi asupan sehari-harinya. Kalau tidak dipenuhi sepert hari itu terlewat sia-sia. Atau juga ada yang menjadikan internet menjadi kepuasan dalam bergaul di dunia maya. Mereka yang lebih eksis di dunia maya biasanya terjadi keanehan pada dunia nyata mereka. Entah itu dalam berbahasa, mengutarakan pendapat dan dalam menjalin hubungan didunia nyata.
Sekali lagi,
Semua itu berbalik lagi pada penggunaan yang tepat dan cerdas bagi penggunanya.