Teori Harapan dan implikasi praktisnya
Dalam istilah
yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi
untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan
menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam
Robbin 2003:229).
Karena ego
manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan
diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001:165).
Apabila harapan
dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya.
Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas.
Nadler dan
Lawler (1976) atas teori harapan menyarankan beberapa cara tertentu yang memungkinkan
manejer dan organisasi menangani urusan mereka untuk memperoleh motivasi
maksimal dari pegawai:
a. Pastikan
jenis hasil atau ganjaran yang mempunyai nilai bagi pegawai
b. Definisikan
secara cermat, dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur, apa yang
dinginkan dari pegawai
c. Pastikan
bahwa hasil tersebut dapat dicapai oleh pegawai
d. Kaitkan
hasil yang dinginkan dengan tingkat kinerja yang di inginkan
e. Pastikan
bahwa ganjaran cukup besar untuk memotivasi perilaku yang penting
f. Orang
berkinerja tinggi harus menerima lebih banyak ganjaran yang diinginkan daripada
orang yang berkinerja rendah.
Teori harapan ini didasarkan atas:
a. Harapan
(Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena
perilaku.
b. Nilai
(Valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat
tertentu (daya/nilai motivasi) bagi setiap individu yang bersangkutan.
c. Pertautan
(Instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama
akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.
Contoh kasus :
A berusaha
menjadi karyawan yang baik saat bekerja. Segala upaya untuk memenuhi kriteria
seorang karyawan baik ia lakukan. A datang pagi buta disaat karyawan lain belum
tiba dan pulang lebih sore. A selalu mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh
atasan dikerjakan dengan baik hanya melakukan sedikit kesalahan. Semua A
lakukan atas dasar imbalan A mendapat jabatan tinggi di tempat ia bekerja. A bercita-cita
untuk upgrade jabatannya.
Teori Tujuan dan implikasi praktisnya
Teori ini
menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang
menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang
menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
a. Dia
akan berorientasi pada hal hal yang diperlukan
b. Dia
akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
c. Tugas
tugas sebisa mungkin akan diselesaikan
d. Semua
jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori ini
mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan
pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi
jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal
Setting(penetapan tujuan).
Contoh kasus : B
bekerja keras mencari uang karena tahun depan ia akan menikahi kekasihnya. B bekerja
tidak hanya di satu tempat saja, bekerja part time juga ia kerjakan. Setelah melamar
dan menentukan hari pernikahan B semakin giat bekerja. B mengerjakan
pekerjaannya dengan baik untuk mendapatkan gaji yang lebih besar supaya biaya
pernikahannya dapat terpenuhi. Tujuan nikah B sangat jelas sehingga memicunya
untuk bekerja lebih giat lagi.
SUMBER :
Leavitt, J.H., 1992 Psikologi Manajemen, Alih Bahasa Zarkasi, M., Jakarta: Penerbit Erlangga
P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
http://mepianoandpsychology.blogspot.co.id/2013/12/tugas-psikologi-manajemen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar